Candi Ijo

Candi Ijo, Candi Hindu Tertinggi Di Dataran Yogyakarta

Peninggalan dari zaman Hindu Budha di Indonesia tentunya memiliki nilai yang sangat adiluhung. Sehingga peninggalan ini menjadi tempat yang wajib diketahui dan dikunjungi oleh masyarakat Indonesia. Di Yogyakarta terdapat sebuah candi peninggalan zaman Hindu yang memiliki keunikan yaitu letaknya di perbukitan. Peninggalan tersebut adalah Candi Ijo.

Sekilas Informasi Mengenai Candi Ijo

Candi Ijo berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tepatnya, candi ini berada di lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung. Perbukitan Batur Agung ini juga disebut sebagai Perbukitan Ijo oleh masyarakat sekitar.

Untuk menuju ke tempat ini, wisatawan bisa menggunakan berbagai moda transportasi. Salah satunya menggunakan jasa sewa mobil di Jogja. Jam operasional dari Candi Ijo ini adalah setiap hari mulai dari jam 06.00 sampai jam 17.00 WIB. Sedangkan untuk tiket masuknya, wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000.

Baca juga informasi lengkap candi lain yang harus dikunjungi : Candi Prambanan dan Candi Borobudur

Sejarah Candi Ijo

Pemberian nama lokasi Candi ialah berdasarkan letak candi ditemukan, yaitu di daerah perbukitan Ijo. Sebutan ijo yang berarti hijau ini terdapat dalam sebuah prasasti bernama prasasti Poh yang asalnya dari tahun 906 Masehi. Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa ada seseorang yang berasal dari Desa Ijo yang menghadiri sebuah upacara keagamaan.

Kompleks Candi Ijo adalah kompleks percandian unik yang mana terasnya memiliki pola yang semakin meninggi. Umumnya, pola candi seperti ini berbeda dengan pola–pola candi yang ada di dataran prambanan.  Kebanyakan kompleks percandian ini memusat ke tengah seperti halnya pada candi Prambanan atau yang disebut juga dengan candi Sewu. Hal tersebut didasari oleh konsep tata ruang yang bersifat kosmis dengan pusat berupa puncak gunung .

Selain dari Prasasti Poh, sejarah ditemukannya candi ini juga didasari oleh penemuan candi ini tahun 1886. Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1886 oleh seseorang bernama HE Doorepaal, yang kemudian ditemukan lagi tiga buah arca batu.

Penemuan arca batu tersebut ditemukan oleh CA Rosemeler. Kemudian pada tahun 1887 dilakukan sebuah penggalian arkeologis yang dilakukan oleh arkeolog bernama Dr J Groneman. Beliau berhasil menemukan beberapa lembaran emas bertulis, cincin emas serta beberapa jenis biji-bijian.

Daya Tarik Candi Ijo

Candi Ijo yang terkenal dengan tempatnya yang berada di tempat yang tinggi ini tentunya memiliki daya tarik. Daya tarik ini tentunya dapat membuat wisatawan untuk datang ke Candi Ijo yang letaknya tidak terlalu jauh dari Candi Prambanan. Berikut adalah daya tarik dari Candi Ijo.

1. Kompleks Candi

Kompleks candi yang ada di Candi Ijo ini terdiri dari 17 struktur bangunan yang kemudian dibagi dalam 11 teras berundak. Pada teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk berbentuk teras berundak yang membujur dari arah barat ke arah timur.

Kemudian pada bangunan di teras ke-11 terdapat sebuah pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat candi utama, dan tiga candi perwara. Penempatan bangunan yang ada pada setiap teras ini  didasari oleh unsur sakral. Sehingga pada bangunan teras tertinggi merupakan bangunan yang paling sakral.

2. Makara

Ragam bentuk seni rupa khas peninggalan zaman Hindu dapat dijumpai sejak wisatawan memasuki pintu masuk bangunan candi. Hal tersebut dibuktikan dengan kala makara dengan motif kepala ganda yang tepat di atas pintu masuk. Umumnya, motif kepala ganda beserta dengan atributnya ini  bisa dijumpai pada candi Buddha.

Sehingga dari bentuk motif kepala ganda tersebut menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi dua kebudayaan. Yaitu kebudayaan Hindu dan kebudayaan Buddha. Beberapa candi di Indonesia, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki motif kala makara seperti ini yaitu Candi Ngawen, Plaosan dan Candi Sambisari.

3. Arca Candi Ijo

Selain itu di Candi Ijo juga terdapat arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang serta mengarah pada sisi tertentu. Sosok laki-laki dan perempuan pada arca tersebut bisa diartikan dalam berbagai makna.

Makna pertama bisa dilambangkan sebagai suwuk untuk mengusir roh jahat. Sedangkan pada makna kedua juga bisa menjadi lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Hal ini tentu berbeda dengan arca di Candi Prambanan yang mana pada candi ini corak naturalisnya tidak mengarah pada erotisme.

4. Homa Di Candi Perwara

Setelah melihat arca, wisatawan akan disajikan berbagai peninggalan sejarah lainnya. Tepatnya pada bangunan candi perwara di teras ke-11, terdapat sebuah tempat yang menyerupai bak tempat api pengorbanan atau juga bisa disebut dengan homa.

Masih di tempat ini, terdapat juga lubang udara atau ventilasi yang letaknya tepat berada di bagian atas tembok belakang bak. Bentuk dari lubang udara ini berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Selain itu juga terdapat tempat api pengorbanan yang mana merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma.

Pada ketiga candi perwara ini secara jelas menunjukkan sebuah bentuk penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti. Penghormatan tersebut diberikan pada tiga dewa, yaitu Brahma, Siwa, dan Wisnu.

5. Prasasti

Di Candi ijo juga terdapat dua buah prasasti yang berada di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti tersebut diberi kode F dengan tulisan Guywan atau Bluyutan yang berarti pertapaan. Sedangkan pada prasasti lain yang memuat tulisan yang diduga berupa kutukan. Prasasti ini terbuat dari batu dengan ukuran tinggi 14 cm serta tebal 9 cm.

Mantra pada prasasti tersebut ditulis sebanyak 16 kali serta di antaranya yang bisa terbaca adalah Om Sarwwawinasa, Sarwwawinasa. Kedua prasasti tersebut sampai saat ini masih menjadi misteri dan diduga kedua prasasti tersebut erat dengan terjadinya peristiwa tertentu. Bahkan sampai saat ini juga belum ditemukan catatan mengenai peristiwa tersebut.

6. Pemandangan Sekitar Candi

Bila wisatawan mengunjungi candi ini, tentunya wisatawan bisa melihat pemandangan indah yang berbeda dari candi yang lain. Jika wisatawan menghadap ke barat kemudian memandang ke bawah, wisatawan bisa melihat pesawat take off dan landing di Bandara Adisucipto.

Pemandangan seperti itu sudah pasti bisa dijumpai karena tempat berdirinya candi ini menjadi batas bagian timur dari Bandara Adisucipto. Karena keberadaan candi ini, landasan Bandara Adisucipto ini tidak bisa diperpanjang ke arah timur.

Penutup

Candi Ijo menjadi salah satu dari peninggalan zaman Hindu yang berada di Yogyakarta. Keberadaan candi ini sangat unik dan berbeda dari kebanyakan candi lain di Yogyakarta. Karena letak dari candi ini berada di atas perbukitan Ijo. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke Candi Ijo bisa menyaksikan Bandara Adisucipto dari atas candi.

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini bisa menggunakan jasa sewa mobil di Jogja. Dengan menggunakan sewa mobil di Jogja, wisatawan bisa mendapatkan rekomendasi mengenai tempat wisata yang ada di sekitar Candi Ijo. Selain itu, wisatawan nantinya juga bisa mencoba berbagai jenis mobil yang tersedia dan cocok untuk Anda.

Comments are closed.

× 0811-294-546